KADIN DIY – Di masa kini, pelaku dunia usaha dan perguruan tinggi semakin digencarkan salah satunya dalam hal penyediaan kesempatan magang. Bahkan pemerintah dalam hal ini pun memberikan kesempatan melalui program vokasi serta juga program kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mempertemukan keduanya.
Dari program tersebut, rupanya dinilai sangat menjawab persoalan yang kerap menjadi momok di tahun-tahun sebelumnya terkait dengan keterserapan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri atau usaha.
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam penuntasan masalah keterserapan tenaga kerja ini terwujud berkat adanya hilirisasi industri. Ia mengatakan bahwa saat ini sudah eranya dimana untuk mendukung percepatan ekonomi, pihak perguruan tinggi mestinya mulai melihat apa saja yang dibutuhkan pelaku industri dalam hal kebutuhan SDM.
“Untuk itu di Kemendikbud Ristek, kami menekankan 2 program satu penyiapan SDM yang kreatif, inovatif, adaptif dan bersama dengan industri membangun ekonomi baru melalui kampus merdeka,” tandasnya.
Pihaknya menyebut bahwa konsep Kampus Merdeka pada dasarnya punya benefit bagi mahasiswa dan juga pelaku dunia usaha. Dalam konteks bagi perguruan tinggi, keberadaan MBKM adalah membuka ruang tembok antar fakultas sehingga terjadi lukusan yang paham holistik yang paham dan siap membawa masa depannya. Selain para lulusan juga jadi lebih mengenal dunia kerjanya melalui sejumlah program pemagangan yang dibuka.
Nizam mengatakan, dalam kurun waktu 3 tahun sejak diterapkannya MBKM, keterserapan sarjana di dunia kerja diklaim lebih cepat dibandingkan yang sebelumnya tidak mengikuti kurikulum tersebut. Tak cuma keterserapan, dari tingkat produktivitas pun juga diklaim lebih baik mengingat mahasiswa sudah lebih dulu mengenal dunia kerja.
“Kita sudah mulai melihat hasilnya. Sarjana yang mengikuti MBKM itu keterserapannya di dunia kerja waktu tunggunya sekitar separuh dari mereka yang tidak mengikuti MBKM. Yang menarik produktivitasnya first salary 2,5 hingga 2,7 kali dari sarjana yang tidak ikut kampus merdeka,” kata dia.
Dalam hal ini ia pun mengapresiasi bahwa hal tersebut tak akan mungkin bisa dicapai jika pelaku dunia usaha atau industri tak membuka diri terhadap kolaborasi.
“Kita berterima kasih kepada KADIN dan seluruh mitra yang sudah menerima adik-adik ini untuk magang tidak sekedar untuk bikin kopi atau fotokopi atau antar koran, tapi mereka betul bekerja untuk mendapatkan softskills dan hardskills yang memang dibutuhkan oleh dunia kerja,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum KADIN DIY, Robby Kusumaharta mengatakan bahwa KADIN kini pun mulai bergerak menjawab tantangan kebutuhan dunia usaha dalam hal ketersediaan sumber daya manusia sesuai dengan skill yang dibutuhkan. Sejauh ini, KADIN DIY sendiri sudah memulainya dengan program revitalisasi pendidikan dan vokasi yang bertujuan untuk penyerapan SDM.
“Sejak 3 tahun lalu kami sudah membentuk komite vokasi dan produktivitas kemudian komite ini dicopy di pusat,” tandas Robby.
Dia membeberkan, program revitalisasi pendidikan dan vokasi ini mendorong pelaku usaha untuk memberikan kesempatan pemagangan. Menurutnya perguruan tinggi ini bisa menjadi agen dalam menyongsong masa depan dunia kerja di berbagai industri.
“Intinya bagaimana kita memutuskan program kita ini yaitu dalam rangka revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi yang bertujuan menyiapkan sumber daya manusia,” pungkasnya.